Selamat

Selamat pagi menjelang siang untuk kamu yang sudah membuat sakit hati di pagi hari. Apa kabar kalian semua para pembaca blog ini? Masih sehat kan? Alhamdulillah kalo masih sehat. Gue juga alhamdulillah sehat, kok (Gak nanya!).

 

Sebelumnya, gue mau bilang, sudah berapa waktu kah gue gak nge-blog? Sudah berapa lama kah gue gak ngeblog? Sudah berapa lama kan gue gak balesin komentar orang-orang yang komen di blog? Jawabannya adalah sudah lama.

Terakhir gue nge-post tulisan adalah tanggal 4 April 2015. Dan sekarang, sudah tanggal 19 April 2015. Lama sekali. Kurang lebih dua minggu blog ini gak ada yang namanya tulisan baru. Gak ada yang jawab komentar kalian.

Gue dan tim kreatif blog gue yang isinya adalah gue sendiri, cuma bisa meminta maaf karena lama sekali gak nge-blog. Jawaban dari pertanyaan, "Kenapa sih gak nge-blog? Kenapa gak balesin komentar blog?"

Jawabannya adalah: gue belum bisa me-manage waktu. Jujur, me-manage waktu itu menurut gue sulit. Lebih sulit dari melupakan masa lalu yang pernah hinggap di hati. #APASEH. Apalagi, ditambah akhir-akhir ini gue lagi sibuk sama yang namanya ujian-ujian.

Lupakan dulu yang namanya ujian, sekarang kita fokus untuk menulis postingan ini. Setelah menulis postingan ini, baru kita lanjut memikirkan ujian lagi. Postingan ini gue beri judul 'Selamat'. Kenapa selamat? Baca di paragraf sesudah ini.

Entah kenapa, mengucapkan sebuah kalimat yang diawali kata 'Selamat' itu selalu enak. Misalkan kayak 'Selamat ulang tahun, jangan lupa traktirannya!'. Besoknya langsung ditraktir. Seandainya gak ada yang namanya kata 'selamat'. Mungkin lo gak bakal ditraktir dan bakal dikira aneh. Aneh, omongannya gak nyambung soalnya.

Tapi, tak selamanya kalimat yang diawali kata 'Selamat' itu enak. Ada kalanya pahit dan sakit ketika kita mengucapkan kata 'selamat' di acara pernikahan orang yang kita cintai dulu atau bahkan mengucapkan kata 'selamat' kepada seseorang yang baru saja jadian, padahal kita juga mempunyai perasaan dengan orang itu.

Mungkin, dari sekian kalimat pahit yang berawalan kata 'Selamat', ada kalimat yang lebih pahit dari yang lainnya. Kalimat yang terdiri dari dua kata saja. Kalimat yang bisa saja membuat kita tidak bertemu kembali.

Selamat tinggal.

Kalimat yang terdiri dari dua kata itu, sangat cocok bila kita kasih ke seseorang yang gak pernah menghargai perasaan kita. Beberapa waktu yang lalu, ada temen gue yang bilang ke gue, "Eh, orang yang gak ngehargain perasaan kita enaknya diapain ya?"

Gue yang waktu itu lagi gak sadar mungkin, asal jawab aja. "Bunuh aja. Gampang kan?"

"Jangan dibunuh, masalahnya gue udah sayang banget sama dia. Tapi dianya gak ngehargain perasaan gue." Nada bicara temen gue jadi kayak cewek.

"Yailah, udah lah, lo cari yang lain aja. Katakan selamat tinggal kepada orang yang gak ngehargain perasaan kita!" Gue ngomong kayak lagi kampanye 'Katakan tidak pada korupsi!' sambil ngepelin tangan.

"Tapi, gue masih sayang banget sama dia, nih."

"Kalo masih sayang, jangan di-selamat tinggalin. Perjuangin sampe dapet. Jangan sia-siain kesempatan ini. Ini kesempatan lo buat memperjuangin dia. Laki kan lo?" Entah kesambet apaan gue bilang kayak gni.

Setelah mengucapkan kata itu, gue langsung sadar diri. Kita untuk menggapai yang namanya cinta harus butuh perjuangan. Karena yang melalui perjuangan itu lebih indah daripada yang cuma mengedipkan mata.

Jatuh cinta itu emang butuh perjuangan. Yang gak butuh perjuangan itu cuma kagum sama seseorang. Gue juga salah satu orang yang gampang kagum sama seseorang. Seperti halnya yang pernah gue tulis sehabis ikut CFD. Tepatnya di postingan yang ini.

Mungkin ini aja yang bisa gue tulis dulu soalnya gue lagi kesel karena komputer gue, kadang lemot kadang enggak dan sekarang, kebetulan gak lemot. Awalnya pengen gue post buat lomba. Tapi, berhubung deadline-nya udah deket, jadi gue batalin. Padahal, gue udah siapin materinya..

Akhir postingan, gue mau ucapin ke kalian semua, selamat berjuang, baik berjuang buat cinta atau buat hal yang lain. Dan terima kasih buat kalian semua yang telah membuat seseorang berjuang. Sekian.