Kemalasan Itu Seekor, Seorang Atau Sebuah?

Ya, aslinya ini gue udah lama gak nulis. Tapi, gak apa-apa, lah, ya. Yang penting sekarang nulis. Sayangnya, sekarang gue gak tahu mau nulis apa. Gak kayak blogger lain yang lancar ketika lagi nulis. Jadi, gue gak tahu mau nulis apa. Jujur, ini sih cuma basa-basi di paragraf awal aja. Nanti juga bisa nulis, hehe.
Image result for malas
Sumber gambar: Google tepatnya dari website Youthmanual

Beberapa waktu yang lalu, banyak banget hal-hal yang terjadi di kehidupan gue. Akan tetapi ketika gue mau nulis, ada something, yaitu musuh gue yang datang buat ganggu gue. Musuh gue itu adalah seekor kemalasan atau seorang kemalasan atau sebuah kemalasan. Tapi, sebenci-bencinya gue sama kemalasan, tetep aja dia datang-datang lagi. Maka dari itu jangan pernah ngebenci sesuatu karena itu gak bagus.

Hal yang pertama yang menurut gue gak akan pernah gue lupakan adalah gue menjadi panitia bagian table alias bagian meja dimana di situ lah tempat mengatur pertandingan. Pertandingannya adalah basket. Jadi, di sekolah gue ada kayak cup gitu. Nah, demi membantu jalannya sebuah perlombaan itu, gue pun dengan sukarela membantu.

Hari-hari sebelumnya, gue menjadi komentator karena gue suka ngomong-ngomong. Bukan ngomong dari belakang doang tapi. Nah, hari-hari esoknya gue bukan komentator tetapi menjadi panitia di bagian meja. Di situ, gue mendapat tugas untuk mengatur waktu.

Dan saat itu lah gue melakukan kesalahan. Singkat ceritanya adalah seharusnya itu waktu bersih, dimana ketika ada bola keluar atau ada pelanggaran, waktu dimatikan. Akan tetapi, gue lupa untuk mematikan waktunya. Dan parahnya lagi, yang lagi main adalah sekolah gue dan lagi masuk di semifinal. Ada rasa bersalah dalam diri gue kepada sekolah terutama tim basket karena tidak bisa mendapatkan juara 1 atau 2 melainkan juara 3.

Gue pun langsung meminta maaf kepada pelatih basket sekolah gue dan kepada temen-temen gue anak basket lewat grup. Alhamdulillah, dimaafkan. Hari itu pun adalah hari yang mungkin akan selalu gue inget. Itu adalah pengalaman berharga gue. Kelupaan buat matiin waktu.

Hari berikutnya, tepatnya beberapa minggu kemudian, sekolah gue masih mengadakan lomba karena memang belum habis perlombaannya. Di hari terakhir, adalah hari dimana ada banyak perlombaan, yaitu Band, Saman dan Short Movie. Gue pun jadi keinget sama mantan gue kalo dia adalah Anak Saman. Maksudnya adalah salah satu anak yang mengikuti ekskul Saman di sekolahnya. Beberapa hari sebelum itu, gue tanya sama temen-temen gue yang di sekolah ikut ekskul Saman.

"Eh, sekolah *bippppp, sensor* ikut lomba Saman, gak?" Ya, maksudnya adalah sekolah mantan gue. Dan ternyata, the answer isssssss, "Iya, ikut." Ini adalah kesempatan gue buat ngeliat dia lagi dan mungkin kesempatan untuk ngobrol-ngobrol dikit atau ketemu sebentar.

Akhirnya, di hari perlombaan Saman tiba, gue sengaja ke sekolah padahal gue bukan peserta atau panitia. Kebetulan temen gue banyak yang panitia, sepik-sepik aja ikutan jadi panitia. Padahal aslinya sih mau liat someone yang lagi lomba.

Gue pun hanya duduk-duduk aja di ruang panitia sembari menunggu penampilan Saman dari sekolah mantan. Gue juga udah kasih pesan ke temen gue kalo SMA *bippppp, sensor* tampil untuk bilangin gue di ruang panitia. Setelah menunggu akhirnya temen gue datang dan bilang kalo sekolah mantan gue tampil.

Dengan sigap gue langsung keluar ruang panitia dan ke depan panggung. Tapi, gak depan panggung persis, sih, agak kepinggiran dikit jadi gue liat ke arah panggung agak nyerong. Gue pun langsung mencari mantan gue dimana dan akhirnya, ketemu. Ketemu karena ada salah satu ciri-ciri yang selalu gue inget. Akhirnya gue bisa liat mantan gue lagi, langsung. Ketika penampilannya selesai, ada omongan-omongan dari dalam diri gue.

"Sapa dia gak, ya?"

"Ajak ketemu sebentar gak, ya?"

"Gue keringet dingin, nih, gara-gara ngeliat mantan, jadinya mules, kan."

Dan yang lain-lain yang intinya adalah bimbang mau ketemu apa enggak. Akhirnya, gue pun memutuskan untuk gak usah ketemu karena ketika di-chat aja kalo dibales sama dia udah alhamdulillah. Jadi kalo untuk ketemu, kayaknya enggak, deh. Gue pun hanya liatin dia aja mondar-mandir di sekolah gue.

Sampai akhirnya ketika gue udah pulang, gue cek hp dan ternyata DM gue yang mengucapkan, "Goodluck!" pada pagi hari dibalas. Ah, rasanya jadi mau ngobrol dan balik lagi ke sekolah tapi itu gak mungkin karena mager juga balik lagi ke sekolah. Gue pun akhirnya bercakap-cakap di DM Instagram.

Ya, jadi panjang kan tulisan gue. Padahal mah awalnya cuma mau ngomongin kalo gue akhir-akhir ini males banget buat to do anything. Tapi, nanti kalo cuma ngomongin males tulisannya jadi gak panjang. Biar gak panjang tulisannya tetapi komentarnya juga panjang, gue mau tanya, deh, sama kalian. Apa sih yang biasanya kalian lakukan untuk melawan rasa malas? Masalahnya, kalo gue malas terus bahaya, nih. Kasih jawabannya di kotak komentar bawah, ya.

Sekian dan terima kasih. :)

4 comments:

  1. Maaf ya gak bisa kasih solusi, karena aku sendiri juga belum bisa ngelawan rasa malas yang sering datang menghantui itu :')
    Mungkin bawahku ada yang tau caranya gimana hwehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baik lah, tidak apa-apa. Gue gak tahu, nih. Kan gue di bawah lo, hehe. :D

      Bawah gue mungkin tahu. :)

      Delete
  2. kemalasan menurut gw seekor, karena identik sesuatu yg buruk.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kenapa seekor? Apakah seekor selalu identik sama yang buruk? :)

      Delete

Buat kalian yang mau komentar, silahkan saja, mau panjang apa pendek. Kalo lo mau komentar pake anonymous, harap jangan spam. Kasian sama yang lain.

Dan yang terpenting adalah jangan jualan di kotak komentar blog gue, terutama jualan yang gak penting kayak alat vital atau video bokep. Lebih baik elu tulis link blog lo daripada jualan.

Komentar kalian sangat gue butuhkan. So, komen aja yaa. Terima kasih. :)