[CERPEN] Ilmu Itu Lebih Baik Daripada Harta

Ilmu Itu Lebih Baik Daripada Harta
Oleh : Ilham Kusumaning

Setiap pagi, ada seorang bocah laki-laki bernama Riko yang sedang bekerja mencari rumput. Riko mencari rumput untuk sapi yang dimiliki oleh kepala desa dan dirawat olehnya. Riko tidak mampu sekolah karena biaya yang dimiliki keluarganya tidak cukup. Walaupun seperti itu, Riko tidak pernah menyerah untuk bekerja dan membantu orang tua. Ayah Riko sudah meninggal sejak 2 tahun lalu dan sekarang Riko hanya bersama Ibunya. Riko tidak mempunyai adik. Sekarang, umur Riko adalah 10 tahun. Seharusnya, umur seperti itu sudah bisa berhitung akan tetapi, si Riko belum bisa.

Suatu hari, anak kepala desa dan temannya sedang belajar kelompok di rumah kepala desa. Nama dari anak kepala desa adalah Andi. Teman Andi, bernama Rika ada yang melihat Riko yang seumuran tapi tidak sekolah.

"Andi, itu siapa. Kasian ya," kata Rika yang sangat kasian melihat Riko.

"Oh, itu. Sudahlah biarkan. Dia itu orang miskin bisanya hanya mencari rumput dan merawat sapiku," kata Andi sambil tertawa kecil.

"Eh, ndi. Jangan begitu. Kasian tau," kata Rika sambil melihat Riko yang sedang mengasih rumput ke sapi.

Andi sangat benci sekali dengan Riko. Entah kenapa. Mungkin karena ayahnya sering menasihati Riko sedangkan Andi tidak.

"Ndi, kita ajak belajar kelompok aja yuk," kata Rika sambil tersenyum.

"Jangan, Rik. Dia itu anak miskin nanti buku kita kotor lagi," kata Andi sambil tertawa.

"Eh, Andi. Gak boleh begitu. Sudahlah, aku mau aja dia belajar." Kata Rika dan langsung menghampiri Riko.

Rika pun langsung menghampiri Riko ke kandang sapi rumah Andi.

"Permisi," kata Rika.

"Eh, iya, kamu siapa ya?" tanya Riko karena baru lihat.

"Aku temannya Andi. Kenalkan namaku Rika," kata Rika sambil mengajak berkenalan kepada Riko.

"Iya. Namaku Riko," kata Riko agak gugup.

"Belajar bareng yuk, ko," kata Rika sambil tersenyum.

"Tidak. Nanti Andi marah," kata Riko mengelak.

"Tenang. Kan ada aku," kata Rika sambil tersenyum.

"Ya sudah deh."

Riko pun ikut belajar kelompok bersama . Saat mau bertemu dengan Andi, Riko dimarahi oleh Andi.

"Eh, ngapain kamu?"

"Tadi, aku disuruh sama Rika belajar bareng."

"Emangnya Rika siapa kamu, kok kamu mau?"

"Aku kan juga mau belajar, Ndi."

"Sudah-sudah. Kalian berdua jangan berantem."

Andi pun kesal dengan Rika.

"Ka, kamu ngapain sih aja si Riko?"

"Kasihan dia."

"Biarkan saja."

"Andi! Kamu gak boleh begitu."

"Emang fakta. Kalo dia itu keluarga miskin. Hahahaha."

Karena hari itu sudah sore, Riko pun langsung pulang ke rumah dan tidak jadi kerja kelompok bersama karena Andi marah.


***

Sesampainya di rumah, Riko langsung mengadui kejadian tadi kepada Ibunya.

"Ibu, tadi si Andi marah-marah kepadaku," kata Riko.

"Emang gara-gara kenapa?" tanya Ibu Riko.

"Kan tadi di rumah Andi, Andi dan teman-temannya sedang belajar kelompok. Aku diajak sama teman Andi untuk belajar, eh Andinya malah marah-marah," jawab Riko.

"Sudahlah, sabar aja ya, nak," kata Ibu Riko tersenyum.

"Iya, bu." Jawab Riko sambil tersenyum.


***

Keesokan harinya, Andi dan temannya belajar kelompok lagi. Riko pun diajak lagi oleh Rika.

"Ko, ayo belajar denganku."

"Aku sih aslinya mau. Tapi, si Andi nanti marah."

"Gak akan. Maksudku adalah kita belajar di rumahmu, Ko, nanti aku yang ajari deh. Kan cita-citaku ingin jadi guru."

"Rumahku kecil, Ka."

"Tak apa. Okelah, besok ya jam 4 sore aku tunggu di depan rumah Andi."

"Umm. Baiklah."

***


Keesokan harinya, jam 4 sore, Rika menunggu di depan rumah Andi. Tiba-tiba, si Andi ingin membeli sesuatu di warung. Saat Andi mau keluar rumah, Andi melihat Rika. Andi pun curiga dengan Rika.

"Ka, kamu ngapain disini?"

"Eng... Enggak. Enggak ngapa-ngapain kok."

"Kalo gak ngapa-ngapain terus kamu kenapa kesini? Kangen sama aku?"
"Jangan geer kamu! Aku tadi habis lari sore dan istirahat dulu disini."

"Kalo kamu lari sore kenapa kamu bawa buku pelajaran?"

Rika pun bingung mau jawab apa. Tiba-tiba, si Riko keluar dari rumah Andi.

"Hai, Ka."

"Hai, Ko."

Andi pun curiga.

"Kamu mau mengajarkan Riko ya, Ka?"

"Iya."

"Jangan!!"

"Terserah aku dong. Kan aku yang mau mengajarinya."

"Eh, Rika. Kamu ini dibilangin juga."

"Sudah, ayo, Ko. Kita ke rumahmu."

Rika dan Riko pun langsung pergi ke rumah Riko yang jaraknya tidak jauh dari rumah Andi. Sesampainya di rumah Riko, Rika langsung membuka buku.

"Ayo, Ko. Sekarang kita belajar ya."

"Oke, Ka."

"Belajar tentang Matematika, ya."

"Iya, Ka."

"Sebelum aku mengajarimu, aku mau nanya nih, kamu gak sekolah sejak kapan??"

"Sejak kelas 3, Ka."

"Oh. Ya sudah ayo kita belajar."

"Ayo."

Saat sedang belajar, Rika tiba-tiba bilang ke Riko bahwa sebenarnya Andi itu..

"Ko, kamu tau tidak. Si Andi itu hanya banyak harta doang tapi miskin ilmu."

"Syut. Gak boleh begitu."

"Bener tau."

"Terserah katamu deh, Ka."

"Bener ini, Ko. Dia aja aslinya saat kelas 5 tidak naik kelas."

"Syutt. Jangan buka aib orang."

"Serius."

Di kala mereka sedang berbincang-bincang, tiba-tiba ada dua orang remaja yang mengantar lembaran kertas bahwa isinya adalah desa di tempat tinggal Riko dan Andi ingin ada lomba matematika.

"Ka, aku mau ikut ini nih. Ajarin aku matematika ya."

"Ya sudah ayo. Kan dari tadi kita belajar matematika."

"Oke."

Mereka semua pun belajar dengan giat. Si Riko sangat giat karena ia ingin sekali memenangkan lomba matematika itu. Hampir setiap hari, Rika datang ke rumah Riko untuk mengajar belajar. Karena sering belajar, Riko walaupun tidak sekolah sekarang jadi tau materi bila sekolah.

***


Hari perlombaan Matematika pun tiba, Riko dan Andi bermusuhan. Riko sedang belajar di sekitar area perlombaan karena perlombaan belum dimulai sedangkan Andi malah hanya bermain-main gadget yang baru dimilikinya.

"Eh, anak miskin," kata Andi ke Riko.

Riko pun tidak menyahut karena Riko itu bukan ada miskin. Emang sih Riko miskin harta tapi ia percaya bahwa ia tidak miskin ilmu.

"Eh, Riko!!" kata Andi dengan kesal.

"Ada apa, Ndi?" tanya Riko yang kebingungan karena Andi tiba-tiba kesal.

"Kamu ini. Tadi aku panggil gak nengok," jawab Andi dengan kesal.

"Ini nengok," kata Riko yang kebingungan.

"Tadi pas aku panggil miskin," kata Andi.

"Ingat ya!! Aku ini memang miskin harta tapi aku percaya bahwa aku ini tidak miskin ilmu!!" kata Riko yang agak kesal.

"Gaya-gayaan kamu!! Aku kan banyak harta pasti menanglah kan aku tinggal menyogok panitia perlombaan ini," kata Andi.

"Wah, aku bilangin ke ketua panitia ah bahwa kamu nyogok." Kata Riko dengan kesal.

Riko pun langsung ke ketua panitia lomba dan ingin mengatakan bahwa ternyata si Andi itu curang.

"Kak, si Andi katanya mau nyogok kak biar menang."

"Andi yang anaknya kepala desa?"

"Iya, kak."

"Tenang, kami tidak akan menerima uang itu kok sebesar apapun. Karena kami maunya itu jujur."

"Wah, bagus, kak."

"Terima kasih."

Riko pun langsung ke arena perlombaan lagi. Disana ada Andi yang sangat kesal dengan Riko.

"Riko, sini!!" kata Andi yang agak kesal.

Buuukk!!! *Suara tonjokkan Andi ke Riko.

"Aku salah apa, Ndi?" tanya Riko sambil memegang pipinya karena habis di tonjok.

"Aku kesal karena..."

Belum selesai Andi berbicara tiba-tiba panitia memberika pemberitahuan bahwa perlombaan akan dimulai. Andi dan Riko pun lansung masuk ke area perlombaan.

Andi mengerjakan soal matematika yang dikasih sambil kebingungan sedangkan si Riko tidak. Riko selalu mengitung-ngitungsoal matematika itu. Peserta lomba itu dikasih waktu 60 menit untuk menjawab 30 soal.

Setelah 60 menit, panitia langsung mengumumkan bahwa waktu mengerjakan soal telah selesai. Semua peserta pun mengasih jawabannya ke panitia. Semua peserta menunggu hasilnya selama 2 jam.

Setelah 2 jam menunggu, panitia langsung mengumumkan siapakah pemenang dari lomba matematika tersebut. Andi dan Riko sangat deg-degan.

"Pemenangnya adalah...... Selamat untuk Riko!!!!!!"

Riko pun langsung sujud syukur. Andi langsung marah-marah.

"Sebentar-sebentar. Kan bapakku yang mengadakan lomba ini tapi kenapa bukan aku yang menang??" tanya Andi ke panitia.

"Yang penting adalah ilmunya bukan harta yang dikeluarkannya." Jawab Panitia sambil tersenyum.

Sejak saat itu, Riko bersekolah lagi karena hadiah dari perlombaan matematika tersebut adalah di sekolahkan sampai SMA. Riko sangat bersyukur. Riko pun langsung pulang dan ingin memberikan kabar bahagia ini ke ibunya

***

Sesampainya di rumah, ternyata ada si Rika juga.

"Ibu, aku menang lomba matematika," kata Riko sambil tersenyum.

"Alhamdulillah. Bagus kamu, nak," kata Ibu terharu.

"Hadiahnya apa, kok?" tanya Rika.

"Hadiahnya aku akan disekolahka sampai SMA," Jawab Riko gembira.

"Terus si Andi marah-marah ya?" tanya Rika.

"Iya. Katanya mengapa dia tidak menang kan dia yang buat lomba. Hahaha," kata Riko tertawa.

"Hahaha. Betul kan, Ko, Ilmu itu lebih baik dari harta dan lebih baik miskin harta daripada miskin ilmu," kata Rika sambil tersenyum.

Sejak saat itu, Riko bersekolah dan dia sering mendapat ranking 1 di kelasnya. Dan sejak saat itu Andi berubah sifatnya dan Andi percaya bahwa harta itu bukan segalanya. Ilmu lebih baik daripada harta.

Thanks For Reading :*

4 comments:

  1. Ya, karena dengan ilmu, kita bisa mempunyai harta. :D

    ReplyDelete
  2. bagus ceritanya bro.
    pesan moralnya juga dapat banget
    semangat terus buat cerpen ya

    kalau berkenan, main ke blogku juga ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih pendapatnya :)
      Insyaallah, saya akan terus buat cerpen.
      Oke, nanti saya akan berkunjung ke blog anda.

      Kalau berkenan, follow blog ini ya :D

      Delete

Buat kalian yang mau komentar, silahkan saja, mau panjang apa pendek. Kalo lo mau komentar pake anonymous, harap jangan spam. Kasian sama yang lain.

Dan yang terpenting adalah jangan jualan di kotak komentar blog gue, terutama jualan yang gak penting kayak alat vital atau video bokep. Lebih baik elu tulis link blog lo daripada jualan.

Komentar kalian sangat gue butuhkan. So, komen aja yaa. Terima kasih. :)